Blog for visual artists, art students & enthusiast

June 25, 2005

Buddha dari Gandhara

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 7:26 pm

x

Tokyo National Museum

Saya menemukan foto sebuah patung Buddha yang sedang duduk, patung yang indah dari Gandhara sekitar abad pertama. Gandhara adalah sebuah nama kuno untuk daerah timur Afghanistan dan barat-laut Pakistan yang berpusat di Sungai Swat dan Sungai Kabul (anak-anak sungai Indus). Kota-kota utamanya adalah Peshawar dan Taxila. Berbeda dengan patung-patung Buddha a la Cina yang serba-bulat, patung ini jauh lebih anatomis a la Yunani dan gagah banget. Tulisan ini saya terjemahkan cepat dari sebuah sub-artikel tentang Shakyamuni di Wikipedia.org.

“Walaupun Gautama Buddha (sekitar 563-483 SM) tidak diperlihatkan dalam wujud manusia hingga sekitar abad pertama, karakter fisiknya dijelaskan dalam tulisan-tulisan inti dalam tradisi kanon Pali, Digha Nikaya. Tulisan-tulisan tersebut membantu menjelaskan aspek-aspek fisikal dari sang Buddha:

Sang Buddha berpostur tinggi-langsing. Kedua lengannya panjang, sesuai dengan tinggi badannya. Jemarinya panjang, begitu pula dengan wajahnya. Hidungnya mancung dan berbentuk sempurna. Rambutnya halus, hitam dengan ombak-ombak halus. Matanya lebar dan “sangat biru”. Tubuhnya berwarna terang keemasan dengan warna merah muda di balik kuku-kukunya.

Tafsiran mengenai hal ini cukup beragam dan kebenaran sutra yang menjelaskan bagian di atas bisa dipertanyakan, namun ciri-ciri fisik ini mengindikasikan sosok tubuh seorang Indo-Eropa. Hal ini berhubungan dengan tradisi yang menjelaskan sosok sang Buddha sebagai seorang Ksatria India yang lazim disebut-sebut berasal dari rumpun Indo-Eropa. Ini sesuai dengan teori invasi Arya (Friedrich Max MΓΌller, tengah abad ke-19) yang menjelaskan bahwa nenek moyang orang India adalah suku bangsa Arya yang berasal dari Rusia selatan dan Ukraina Barat.”

Betapa gagahnya sang Buddha. Saya belum pernah melihat penggambaran Buddha sebagai Ksatria seperti ini. Saya juga baru baca bahwa Suddhodana, ayah kandung Siddhartha Gautama, adalah panglima klan Shakya, sebuah suku prajurit. Karena itu salah satu nama lain Siddhartha adalah Shakyamuni, seorang dari keluarga Sakya. Siddhartha lahir sebagai prajurit dan ia memang tangkas dalam latihan-latihan kemiliteran di istana pada awal hidupnya. Betapa gagahnya sosok ksatria jaman dulu, tapi itu kayaknya memang sebuah konstruksi politik karena dari jaman dulu juga ksatria itu punya naluri fasis. Untung Pangeran Siddhartha tidak tertarik dengan semua itu dan meninggalkan istana berikut segala hak kebangsawanannya untuk mencari pencerahan.

Proporsi patung ini juga seimbang dan cacat pada lengan kanan bagi saya justru menambahkan kekosongan, satu hal yang menjadi inti dari ajaran Zen-Buddhisme. Maknanya muncul saat keutuhannya rusak. Ciyeee… πŸ˜€ Patung ini berwibawa sekaligus subtle bagi saya. Kalau saya bisa ke Tokyo, saya pasti mampir ke Museum Nasional Tokyo untuk melihat patung ini. Atau mungkin ada replikanya untuk ditaro di meja kerja? Aduh, berapa harganya, coba?!

June 24, 2005

Application Reminder

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 5:06 pm

Program residency di Youkobo Art Space, Tsuginami Tokyo. Working-period: 1 sampai 6 bulan, tergantung project proposal. Lamaran dikirim paling lambat tanggal 30 Juni 2005. Mohon diingat bahwa Youkobo tidak menyediakan dana apapun, jadi kalau Anda diterima harus bayar pakai duit sendiri atau cari sponsor sendiri. Untuk melihat-lihat website Youkobo, silakan klik link ini. Buona fortuna!

June 18, 2005

Rumah-studio Francis Bacon

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 3:26 am

x

Foto di atas adalah salah satu sudut studio lukis Francis Bacon yang terletak di 7 Reece Mews, South Kensington, London. Bacon bukan cuman melukis tapi juga tinggal di rumah ini sejak tahun 1961 sampai ia meninggal di tahun 1992. Gimana? Keren ga? :p Saya berusaha cari gambar yang lain tapi dapetnya cuman dikit. Saya pernah liat sebuah buku tentang studionya Francis Bacon, saya lupa siapa penerbitnya. Mengagumkan sekali, walau saya sempat curiga keberantakannya dilebih-lebihkan. Maklum, pada jamannya, seniman menganggap dirinya sebagai mahluk ajaib yang eksentrik dan pemikirannya berada jauh di depan pemikiran masyarakat kebanyakan. Yah, waktu tahun 1970an dulu sih masyarakat masih percaya. Tapi hari gini? :p

Tapi, apa komentar Francis Bacon soal tempatnya ini? “I feel at home here in this chaos because chaos suggests images to me.”, begitu katanya. Ciyeeee…. :p Yah, mengingat bahwa beliau tinggal di sini selama hampir 30 tahun, bisa jadi memang begitulah keadaannya. Di tempat ini ada sebuah garasi besar di lantai bawah, tempat Bacon menaruh barang-barang koleksinya. Rumah-studio ini juga dilengkapi kamar tidur dan dapur. Beberapa kali Bacon sempat mencari tempat yang lebih besar dan lebih “enak” tapi ia selalu kembali ke rumah-studionya yang kayaknya sudah terlalu familiar ini.

Pada tahun 1998, John Edward (anak satu-satunya Francis Bacon) menyumbangkan rumah-studio ini pada Hugh Lane Gallery. Ini adalah sumbangan terbesar yang pernah diterima galeri yang didirikan pada tahun 1908 ini. Di dalam rumah-studio ditemukan sekitar 7000 jenis barang tapi yang paling berharga adalah 70 karya di atas kertas dan sekitar 100 buah kanvas yang dirobek (biasanya bagian wajah dari figur yang dilukisnya). Pada bulan Agustus 1998, Hugh Lane Gallery memindahkan seluruh isi studio ini ke galerinya di Dublin, Irlandia. Untuk pekerjaan itu, dibutuhkan sekelompok arkeolog yang memotret, mencatat dalam database, dan memindahkan seluruh isinya secara akurat, persis seperti di tempat semula. Selain karya-karya di atas kanvas dan kertas, katalog digital yang dibuat tim tersebut mencakup 570 buah buku dan katalog, 1500 foto, 1300 lembar sobekan buku, dan 2000 buah alat untuk melukis. Kategori lain mencakup surat-surat, majalah, koran dan piringan hitam. Kok mau-maunya, ya? Gila juga arkeolog-arkeolog itu..

Nah, demikianlah sedikit liputan tentang rumah-studio Sir Francis Bacon, pelukis ternama dari Inggris yang karya-karyanya “menghantui” seni rupa modern Barat dengan lukisan-lukisan figur yang kelihatan terasing, cacat dan menderita. Yang bagian wajahnya selalu dihancurkan dengan cara digosok pakai kain corduroy, potongan dari celana panjang. Ide-ide tentang depersonalisasi figur dalam karya-karya Francis Bacon telah mempengaruhi begitu banyak seniman di dunia termasuk salah satu seniman video muda asal Jepang, Meiro Koizumi (28 tahun, sekarang sedang ikut residency di Amsterdam). Satu saat semoga bisa saya bahas karya video Meiro yang menurut saya adalah salah karya tentang identitas paling hardcore yang pernah saya lihat.

June 10, 2005

Index Seniman

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 7:05 am

Beberapa seniman yang pernah dibahas secara khusus di blog ini sudah ada 6 orang (antara bulan Nopember 2004 sampai Juni 2005). Ini semua adalah seniman-seniman favorit saya. Bagi Anda yang baru berkunjung ke Bloody Athena, selamat datang. Saya buatkan sebuah index seniman-seniman yang pernah dibahas di sini:

1. James Turrell
2. Hiroshi Sugimoto
3. Gerhard Richter
4. On Kawara
5. JosΓ© Guadalupe Posada
6. Sally Ross

Pembahasan karya-karya seniman ini ada yang panjang tapi juga ada yang singkat saja. Pembahasan Richter adalah yang paling lengkap dari semuanya, meliputi riwayat hidupnya dan perjalanan karirnya. On Kawara dibahas cukup panjang tetapi khusus mengenai karyanya “One Million Years” yang begitu menyentuh hati saya. πŸ™‚ Turrell dan Sugimoto dibahas singkat saja, hanya meliputi prinsip kekaryaan mereka. Saya sebenernya masih cari-cari karya Sugimoto yang pernah dipamerkan di pameran “Happiness”, sebuah pameran inagurasi Museum Mori di Jepang pada akhir tahun 2003. Ntar deh kalo dapet, pasti saya bahas karena itu karya foto yang: saya banget! πŸ˜€ Pembahasan mengenai Posada saya buat untuk teman saya. Singkat saja karena saya sebenarnya pengen kasih liat gambarnya doang. Seri tanpa judul karya Sally Ross adalah karya lukis figur kesukaan saya yang baru, dibahasnya nggak terlalu panjang tapi karyanya bagus banget.

Bagi Anda yang mungkin tertarik untuk membaca dan melihat gambar-gambar dalam pembahasan 6 orang seniman ini. Silakan klik link di atas. Saya sempat mikir, mungkin saya bisa menerima permintaan pembahasan seniman dari siapa aja yang datang ke Bloody Athena, tapi saya belum bisa janji kapan saya bisa bikin pembahasannya. Apa bisa dicoba, ya? Nah, siapa visual artist favorit Anda? πŸ™‚

June 8, 2005

Seri Figur no. 2

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 6:37 pm

Gambar di atas dibikin pake tinta Cina di atas kertas warna. Ada yang kuning sama yang merah, ukurannya A1 kalo gak salah. Gambar ini adalah salah satu dari karya-karya awal Seri Figur no. 2. Ini adalah sebuah seri yang saya buat saat mendapat kesempatan residency di Arcus-Project, Moriya, Jepang (Sept-Des, 2003). Ada sekitar 30 gambar studi saya hasilkan di sana. Selain itu saya juga membuat sebuah karya instalasi. Seri gambar ini adalah proyek sampingan, karya instalasi itulah karya utama saya. Tapi, pada kenyataannya, karya yang lebih berkembang kemudian justru karya-karya gambar ini. Instalasi nggak diteruskan karena ribet dan mahal. πŸ˜€

Pada proyek sampingan ini, saya minta beberapa orang siswa-siswi SMU di kota Moriya yang ikut klab Kendo untuk difoto. Terus ada empat orang, dua cewek, dua cowok, dari sebuah SMU yang lokasinya deket banget sama studio saya. Mereka ikut klab Kendo, malah satu cewek yang lagi berdiri di gambar di atas adalah juara Kendo antar SMU beneran. Saya minta mereka berpose, memperagakan kuda-kuda dasar Kendo, jadi walaupun bawa pedang, mereka tidak sedang menyerang. Foto-foto tersebut kemudian saya trace pakai kuas dan tinta Cina. Akhirnya saya bikin sekitar 30 karya studi dari foto-foto ini, semua di atas kertas dan ikut dipamerkan di acara Open Studio.

Sepulang saya dari Jepang, karya-karya ini saya teruskan di atas kertas putih dan di atas kanvas. Saya lalu menghasilkan 50 gambar di atas kertas, dipamerkan dalam Pameran Gambar 7 Seniman Bandung di Common Room & Bentara Budaya, Jakarta, 2004. 6 buah kanvas yang muncul dari seri ini dipamerkan di pameran “Lukisan Baru” di Galeri Kita, Bandung, pada tahun yang sama.

Saya sudah bertahun-tahun nggak bikin gambar pakai tinta Cina. Walaupun saya beberapa tahun terakhir selalu membuat karya cat air di atas kertas, skill saya nggak cukup karena masalahnya beda. Tinta Cina itu ternyata sulit dikuasai, apalagi di bidang yang besar dan berdiri vertikal. Tintanya blobor kemana-mana. Blobornya ada yang bagus, ada yang jelek. πŸ˜€ Sekali-sekali saya masih gambar pakai tinta Cina, kalau kertasnya besar. Demikianlah salah satu dari Seri Figur no. 2. Mungkin nanti yang lain saya muat juga gambarnya. Untuk Eric, makasih udah ngasih link ke Bloody Athena. πŸ™‚

June 4, 2005

Change Yourself

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 12:35 pm

x

“Saya percaya pada “sihir” visual dalam mempengaruhi sebuah sikap.” _Irwan Ahmett

Ada sebuah karya conceptual-art yang bagus, made in Indonesia, lho! Change Yourself Project (CYS), karya Irwan Ahmett (Iwang). Lulus dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) jurusan Desain Grafis tahun 1996, Iwang sehari-hari bekerja di Perum Desain Indonesia, studio desain yang berada di rumah tinggalnya sendiri.

Keterlibatan Iwang secara profesional dalam bidangnya, desain grafis, mengharuskannya untuk berusaha merubah pandangan masyarakat mengenai produk atau jasa tertentu. Produk ini bagus, service ini bermanfaat, barang ini keren, dsb, semua dilakukan dengan metoda-metoda visual. CYS menggunakan metoda yang sama untuk motif yang berbeda. Kalau produk selalu memiliki label, sebenarnya kita, manusia, juga punya label-label tertentu. Kalau kita lihat lihat film kartun Snow White & The Seven Dwarves, kita bisa dengan mudah memberi label pada tiap-tiap kurcaci. Si penggerutu, si pengantuk, dsb. Label itu menunjukkan sikap, kebiasaan, atau sifat kita.

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki sikap atau kebiasaan yang tidak disukainya. Saya misalnya, sering sekali bisa membayangkan saya sendiri berhenti bersikap boros dan berhenti merokok. Tetapi, perubahan itu nggak gampang dilakukan. Iwang memahami situasi ini dan menyediakan dirinya menjadi seorang “agen perubahan”. “Pada dasarnya setiap orang merindukan perubahan, dan saya hadir untuk mendukung perubahan tersebut”, begitu statement Iwang dalam pengantar proyeknya.

CYS adalah sebuah proyek yang diawali dengan metoda konseling, seperti di psikiater. Proyek ini dilakukan dua hari berturut-turut. Hari pertama berisi presentasi Iwang dan tim mengenai proyek ini. Selanjutnya pengunjung yang tertarik untuk jadi partisipan diminta untuk menemukan sebuah poin perubahan yang ingin dilakukan. Mereka lalu diminta mendaftarkan diri dengan mengisi formulir. Pada hari kedua, setiap partisipan diberi waktu sekitar 20 menit untuk bertemu Iwang secara pribadi dan mengemukakan minat perubahannya. Anda boleh merubah apa saja dari diri Anda. Perubahan ini juga bisa bersifat amat pribadi sehingga dalam formulir, Anda boleh meminta agar kasus Anda dirahasiakan.

Contoh kasus: Saya biasa bangun jam 11 siang dan saya ingin bisa bangun lebih pagi. Iwang akan membuat foto-foto depan rumah saya antara jam 6 sampai jam 9 pagi. Ternyata antara jam-jam segitu, ada banyak mahasiswi yang seger-seger pada berangkat kuliah, ada bubur ayam enak yang lewat, ada tukang sayur yang lewat sehingga saya nggak perlu ke supermarket untuk belanja. Semua itu nggak bisa saya temui kalau saya bangun jam 11 siang. Foto-foto yang dikumpulkan nanti bisa saya tempel di sebelah tempat tidur saya, jadi sebelum tidur, saya akan membayangkan betapa indahnya bangun pagi itu. Karena saya jadi termotivasi, jam biologis saya terpengaruh sehingga bila weker berbunyi, saya tidak akan malas lagi untuk bangun pagi. Bangun pagi jadi lebih mudah dan saya bisa merubah salah satu kebiasaan yang tidak saya sukai. Menarik, bukan? πŸ™‚

Gambar di atas adalah salah satu dari sekian banyak stiker CYS yang bisa dipakai untuk mengingatkan Anda pada motivasi untuk berubah. Stiker bertuliskan “Tell the truth” bisa ditempelkan di hp Anda jadi setiap kali mau ngeles janji, Anda jadi mikir dua kali. “Turn off TV” bisa ditempelkan di remote control televisi Anda. Stiker-stiker yang sudah dibuat tulisannya macam-macam dan lucu-lucu. “Use push-up bra”, “Quit smoking”, “Call your ex”, “Smile”, “Hug your friend”, “Say hi to God”, “Adopt a pet”, dsb. Betapa banyaknya hal yang bisa kita rubah. Adakah sesuatu yang ingin Anda rubah dari diri Anda? Saya punya banyak. πŸ™‚

Buddha sendiri bilang, “To live is to change”. Saya percaya kita bisa berubah menuju diri kita yang lebih baik. Bukan “baik” menurut siapa-siapa tapi menurut kita sendiri, untuk kebutuhan dan kepentingan kita sendiri. Kalau kita bisa berubah, misalnya jadi rajin menabung, kitalah yang akan merasakan manfaatnya. Change Yourself adalah sebuah konsep yang amat menarik. Sifatnya personal tapi merangkum sebuah kesadaran kolektif mengenai perubahan. Bagi partisipannya, proyek ini bisa sangat berarti dalam hidupnya. Saya kadang-kadang mikir kalo kita lihat seni, saking seringnya sampe kebal, sampe mati rasa. Change Yourself adalah sebuah public participatory project yang bisa meninggalkan bekas yang mendalam bagi partisipannya.

Change Yourself project akan dilaksanakan di tiga kota: Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Di Jakarta dan Yogyakarta sudah. Di Bandung, presentasi CYS akan dilaksanakan di IF Venue, Jl. Moch Ramdan, pada tanggal 12 Juni ini. Konselingnya akan dilaksanakan di Common Room, Jl. Kyai Gede Utama 8, pada tanggal 13 Juni. Proyek ini akan dijalankan terus dan pada akhirnya akan dipresentasikan dalam sebuah pameran tunggal di Galeri Cemeti, Yogyakarta, pada bulan September tahun ini. Ada yang berminat? Ikuti beritanya di website Common Room.

x

Blog at WordPress.com.