Blog for visual artists, art students & enthusiast

June 27, 2006

Google Earth

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 2:56 pm

“For anyone who has ever dreamed of flying…” – NY Times

Di tengah hari-hari yang sibuk banget dengan bikin konser musik amal, bikin paper buat seminar, rapat marathon dan sakit batuk tapi nggak bisa berhenti merokok, saya menemukan Google Earth! Sebuah berkat Panopticon yang bisa dipake di komputer kita sendiri, asal online.

Saya mengunjungi situs Google Earth dan mendownload aplikasi gratis sebesar 5 mb. Sesudah diinstall, Google Earth akan melakukan login otomatis ke server dan saya melihat papan instrumen dengan gambar bola dunia di antariksa, lengkap dengan peta lautan dan daratan, di dalam window. Aha!

Lalu saya memilih terbang ke Amsterdam! Saya klik tab “Fly To” dan masukkan “amsterdam, netherlands” – Enter. Bola dunia teranimasi, berputar menjelajahi daratan mana saja yang kebetulan terlewati. Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, lalu Eropa Barat. Sambil berputar, sudut pandang kita meneropong dari mulai ketinggian 4.000 mil sampai 3.000 kaki di atas permukaan laut. Di Amsterdam, kita bisa zoom sampai 1.000 kaki (300 meter), gambar ditampilkan 100%, dan terlihatlah foto udara kota Amsterdam.

Saya bisa menemukan sekolah, apartemen, toko komik, restoran Cina langganan, kelenteng, Red Light District, pasar kaget! Gambarnya cukup tajam jadi saya bisa lihat perahu, mobil parkir, bahkan orang-orang kecil. Saya bisa lihat mental mapping saya lewat foto udara. Ini indah sekali! 😀 Saya coba kota-kota lain di dunia, sejak itu saya nggak pernah berhenti. Di kota Bandung, Google Earth hanya menampilkan gambar 100% pada ketinggian 3.400 kaki, jadi kalo gambarnya dizoom, tetap nggak tajam.

Google Earth fiturnya sudah cukup banyak. Ada 38 kota di Amerika yang model kotanya dibikin dengan program 3D. Jadi kita bisa lihat kota dengan bentuk dan tinggi bangunannya sekaligus. Oya, selain melihat dari atas, kita juga bisa tilt down sehingga kita bisa melihat kontur tanah. Kamu bisa masukin keywords “café near JFK”. Kamu bisa naro placemark, bisa memunculkan jalan, batas, pompa bensin, restoran dan hotel. Saya merasa Google Earth bisa memuaskan selera voyeur kita. Bayangin militer Amerika, sekarang mereka udah pake yang berkali-kali lipat lebih canggih daripada ini.

Ini Google Earth versi gratisan. Yang Profesional bisa dipake untuk lihat potensi lahan, lingkungan di sekitar site, bahkan kayaknya kandungan mineral di bawah tanah. Informasi itu dijual mahal. Tapi biarin aja, kita nggak akan menambang intan di Kongo, kita pake buat lucu-lucuan aja. Mari kita bikin proyek mental mapping.

Kita bisa masukkan placemark di tempat apa saja di dunia, lalu menulis apa aja di placemark, lalu diberi tanggal. Kita bisa masukkan input kapan saja kita ada waktu. Pokoknya perlihatkan mental map kamu. Misalnya seperti ini: “27/06/2006. Makan bakso sama teman-teman”, lalu “28/06/2006. Ketemu mantan di tengah jalan.” Gitu-gitu, deeh! Seru kali! 😀 Coba nanti saya bikinin blog khususnya, deh. Semoga bisa mencuri waktu.

Dengan metoga ini kita bisa bikin proyek psikogeografi. Metoda ini juga dipakai oleh Bandung Center for New Media Arts untuk proyek Urban Cartography. Kamu bisa naro titik di peta untuk menunjukkan tempat komunitas kamu. Sip, ya? 🙂 Happy flying, Baby!

Buku catatan

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 4:23 am

Sejak jaman mahasiswa dulu, saya selalu punya buku catatan. Bukunya saya pakai untuk menulis apa aja: catatan pekerjaan, nomor telepon, kutipan, kadang-kadang jadi semi-diary, tapi yang selalu saya lakukan adalah gambar-gambar. Kalau saya sedang nulis-nulis, biasanya saya juga menggambar. Jadi banyak gambar kecil-kecil yang terselip di antara tulisan. Semuanya bercampur di dalam jadi satu. Misalnya seperti ini:

Kalau saya lagi rajin, dan ini cukup jarang terjadi, saya bikin gambar khusus di halaman buku catatan saya, misalnya seperti ini:

Kalau saya lagi betul-betul rajin sekali, dan ini hanya terjadi sekali dalam dua atau tiga tahun, saya bikin gambar berseri seperti di bawah ini:

Karena dari dulu sampai sekarang saya masih menggunakan buku untuk mencatatat dan menggambar, buku-buku saya jumlahnya sudah cukup banyak. Boleh juga kalau kapan-kapan saya cari gambar yang cocok untuk ditampilkan di blog ini. Anggap aja jurnal visual. Ada gambar porno beberapa kalau nggak salah. 🙂

June 15, 2006

Residency di Korea Selatan

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 11:00 am

Baru kemarin saya mengirim proposal lamaran ke sebuah program residency di Korea Selatan. National Museum of Contemporary Art di Seoul memiliki International Artists Studio Program untuk residency. Ada dua tempat yang disediakan: Changdong Studio & Goyang Studio.

Changdong Studio terletak di Seoul. Fasilitasnya oke, nih… Studionya ada 14 buah berbagai ukuran dan bisa diakses 24 jam, ada galeri yang bukan cuma bisa dipakai pameran tapi juga kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan publik, ada dapur yang bisa dipakai barengan, dan ada tempat kerja outdoor yang bisa digunakan untuk bikin karya-karya gede. Ini foto-fotonya nih, di bawah ini.


Goyang Studio bukan di Seoul, saya nggak tahu persis tepatnya di mana, tapi katanya agak di pelosok. Ini juga fasilitasnya bagus. Studionya ada 23 buah, berbagai ukuran, dijadikan satu dengan kamar dan dapur. Front lobby dipakai sekaligus untuk tempat pameran. Selain itu, ada juga perpustakaan dan tempat kerja outdoor.



Bagus, ya? 🙂 Untuk program residency, tersedia dua layanan. Residency long-term memakan waktu 1 tahun, dan short-term memakan waktu 3 bulan. Changdong Studio ternyata juga merupakan salah satu dari bagian program Unesco Aschberg Bursaries for Artist. Seniman Indonesia yang sedang ikut program di Changdong Studio adalah Angki Purbandono dari Yogya. Dia ikut program yang setahun. Bersama teman-temannya, kita bisa lihat daftar seniman yang sedang bekerja di sini. Program yang diikuti Angki akan beres bulan Agustus-September tahun ini. Nah, bagi yang berminat, silakan lihat-lihat. 🙂

June 14, 2006

SketchUp

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 2:08 pm

Saya pelukis yang kalo mikir selalu flat. Dari dulu nilai nirmana 3 dimensi saya jelek. Saya suka susah bikin benda tiga dimensi. Karena itulah saya nggak pernah nyobain software 3D karena saya pikir pasti susah. ArchiCAD, AutoCAD, 3DMax… Hiiii… Kayaknya susah banget dan saya jadi males nyoba. Hehehe.. Tapi baru-baru ini, Reza, the architect, memperkenalkan saya sama SketchUp dan ternyata pas dicoba nggak sesulit yang saya bayangkan. Sambil nyoba-nyobain, saya bikin benteng-bentengan. Ini hasilnya.

Wah, karena tau SketchUp nggak terlalu rumit, saya jadi pengen coba-coba terus. Ada banyak banget hal yang bisa dibikin, terutama yang nggak berguna. Pada saat sebuah benda tidak ada gunanya, biasanya suka keluar seninya. Terima kasih buat Reza yang memperkenalkan saya sama SketchUp. Ajarin lagi yah, sekarang ngerender! 😀 Ayo kita bikin obyek-obyek tidak berguna!

June 8, 2006

Blog Prof. John Maeda

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 3:11 am

Dari MIT media laboratory di Cambridge, Massachusetts, Prof. John Maeda menulis renungan tentang simplicity yang diangkat dari kejadian yang dialaminya sehari-hari. Apa itu simplicity? Kenapa simplicity jadi penting saat ini? Kebudayaan Amerika terkenal dengan kegemarannya pada apa saja yang grandeur dan sophisticated, dari mulai arsitektur kota sampai ukuran steak di restoran. Kenapa sekarang Prof. Maeda justru menulis tentang yang sederhana? Cocok buat dibaca di waktu senggang. Selamat menikmati. 🙂

June 6, 2006

Raymond Pettibon

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 4:27 pm

Raymond Pettibon (lahir 1957) adalah seorang seniman yang terkenal dengan karyanya yang mirip komik, berisi potongan-potongan gambar yang mengganggu, ironis dan ambigu. Subject matternya seringkali adalah kekerasan dan anti-authoritarian. Ia kebanyakan berkarya menggunakan tinta di atas kertas dan banyak karya drawingnya dibuat monokromatik, walau terkadang ia juga menghadirkan warna dari krayon, pensil atau cat air. Selain medium tersebut, Pettibon juga bereksperimen dengan video art dan baru-baru ini menghasilkan sebuah karya instalasi besar, menyusun karya-karya di atas kertas di dalam ruangan, bersanding dengan drawing-drawing raksasa yang dibuat di dinding galeri.

Pettibon meraih gelar sarjana ekonomi dari UCLA dan bekerja sebagai guru matematika di SMU untuk beberapa waktu sebelum akhirnya mengejar karir di dunia seni rupa pada tahun 1977. Pada tahun 1980an, saudara laki-lakinya, Greg Ginn, bermain gitar dalam band yang berpengaruh, Black Flag. Sebelumnya, Pettibon bermain bass dalam band yang pada saat itu masih dikenal dengan nama “Panic”. Saat band tersebut menyadari bahwa sudah ada band lain bernama Panic, Pettibon menyarankan nama Black Flag dan mendesain logo 4 balok yang terkenal.

Karya-karya Pettibon muncul di dalam flyers dan sampul-sampul Black Flag dan menjadi terkenal di komunitas punk rock Los Angeles. Ia kemudian mulai membuat karya-karya untuk band-band lain di bawah SST Records, termasuk The Minutemen. Pada tahun 1990, ia membuat sampul piringan hitam untuk Goo, album Sonic Youth. Ia menerbitkan sekian buku dari SST label, namun sekarang sudah sangat langka dan menjadi mahal harganya. Pada tahun 2002, Pettibon meraih popularitas dengan mengerjakan commision work untuk album One by One.

Sejak saat itu, ia meraih pengakuan di dunia seni rupa internasional, seiring dengan pameran tunggalnya yang pertama, tahun 1995. Karya-karyanya dimasukkan ke dalam koleksi permanen galeri-galeri publik berbagai penjuru dunia, termasuk koleksi besar milik San Francisco Museum of Modern Art. The Philadelphia Museum of Art, the Whitney Museum of American Art, dan the Museum of Contemporary Art, Los Angeles telah memamerkan karya-karyanya.




(dari pameran “Renaissance Society”, The Institute of Chicago, 1998)

Pada tahun 2004, ia menerima hadiah bergengsi Bucksbaum Award. Hadiah US$ 100.000 dianugerahkan setiap dua tahun sekali pada seniman yang berpartisipasi dalam the Whitney Biennale. Penghargaan ini meningkatkan selera pasar akan karya-karyanya, beberapa minggu kemudian, karyanya di atas kertas mencapai harga US$ 66.000 di sebuah lelang. Raymond Pettibon saat ini tinggal di Hermosa Beach, California. (Terjemahan bebas dari artikel tentang “Raymond Pettibon” di Wikipedia.org)

Links:
Beberapa poster Black Flag ciptaan Pettibon
“Train of Thought”, Esai pameran “Renaissance Society” oleh Hamza Walker

June 1, 2006

Open Studio

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 10:45 am

MIT Lab membuat sebuah web application bernama OpenStudio. Ini aplikasi yang menarik, mereka menyebutnya sebuah eksperimen dalam kreativitas, kolaborasi dan kapitalisme. Bila Anda sudah melakukan registrasi, Anda bisa segera mulai menggambar. Klik sebuah tombol dan browser Anda akan mendownload sebuah Java application, lalu Anda bisa menggambar. Setelah itu, Anda bisa menyimpan gambar tersebut di dalam inventory di server. Sesudah beberapa klik, Anda bisa menampilkan gambar tersebut di galeri Anda sendiri, lalu memasang harga untuk menjualnya.

Bagaimana caranya bertransaksi? OpenStudio memiliki mata uangnya sendiri, namanya Burak. Begitu teregistrasi, Anda akan langsung dapat uang 50ß. Dengan uang itu, Anda bisa membeli karya orang lain. Menariknya, karya yang sudah Anda beli, bisa diedit, dikurangi, ditambahi, lalu jadi karya Anda sendiri, lalu dijual lagi. Selain bisa bergabung sebagai seniman, Anda juga bisa bergabung sebagai ‘art dealer’. Jadi kerjanya hanya jualan, yang penting Anda punya ‘mata’ yang bagus. Lucu, ya? 🙂

Karena masih dalam versi Alpha, OpenStudio belum dibuka untuk publik. Anda bisa teregistrasi karena diundang, begitu Anda bergabung, Anda bisa mengundang 10 orang teman. Saya masih bisa mengundang 7 orang lagi. Ada yang berminat? Silakan kirim email ke saya: meritja@melsa.net.id.

Quote

Filed under: Uncategorized — bloodyathena @ 10:38 am

“After a few months in my parents’ basement, I took an apartment near the state university, where I discovered both crystal methamphetamine and conceptual art. Either one of the these things are dangerous, but in combination they have the potential to destroy entire civilizations.” ~ David Sedaris Me Talk Pretty One Day

Create a free website or blog at WordPress.com.