Ini ada link bagus dari Gustaff, The Art of Controversy. Isinya adalah kontroversi pameran Sensation yang diboyong dari Royal Academy of Art, London (1997) ke Brooklyn Museum of Art (1999). Pameran Sensation begitu sensasionalnya hingga 300.000 orang datang untuk melihat pameran tersebut. Saatchi & Saatchi Art Management di Inggris berhasil menjual karya-karya senimannya senilai 16 juta pondsterling. Beberapa seniman seperti Damien Hirst dan The Chapman Brother langsung jadi selebriti, Young British Artists. Ketika pameran ini diboyong ke Jerman, penyelenggara harus memperpanjang lama pertunjukan karena pengunjung tidak habis-habisnya.
Salah satu dari karya yang ditampilkan adalah karya Chris Ofili yang berjudul “Holy Virgin Mary”. Karya itu dibuat di atas panel besar menggunakan kolase kertas, cat minyak, serbuk perak, yang dilapis resin transparan, menggambarkan Maria sebagai seorang wanita kulit hitam yang dihiasi dengan banyak gambar alat kelamin dan dihiasi kotoran gajah yang dikeringkan. Karya ini memenangkan Turner Prize, sebuah penghargaan bergengsi dari Tate Museum di London, pada tahun 1998.
Karya ini menyulut kemarahan kaum konservatif di New York. Demonstrasi digelar sebelum pameran dibuka. Polisi bahkan menangkap salah seorang demonstran yang melemparkan kotoran kuda ke arah museum sambil berteriak, “I’m expressing myself creatively!”. Pada saat pameran, seorang yang tidak tahan melihat karya Ofili melemparkan cat putih dan berusaha menghapus karya tersebut. Pada puncaknya, Walikota Ruddy Giuliani menuntut museum untuk menurunkan karya yang disebutnya sebagai anti-Katolik, pornografik, dan sacrilegious (penghinaan terhadap sesuatu yang sakral bagi orang lain). Brooklyn Museum of Art tidak menerima dana yang seharusnya dibayarkan oleh New York City Council pada bulan Oktober tahun itu. Bahkan isu pencopotan kalangan direksi dan kurator museum juga merebak. Cepat sekali, karya dan pameran ini menjadi sebuah kontroversi agama dan kemudian menjadi sebuah pertentangan politik. Kasusnya diajukan ke pengadilan.
Brooklyn Museum of Art memperoleh dana $ 7 juta setiap tahunnya dari New York City Council, menutup hampir sepertiga dari kebutuhan operasionalnya. Pihak museum sendiri tidak memakai dana tersebut dalam pameran ini karena program pameran hanya menggunakan dana proyek, bukan dana struktural. Museum ini sudah beroperasi selama 150 tahun, bekerja keras menampilkan pameran-pameran penting dan program publik yang baik. Dalam satu tahun, rata-rata 125.000 orang anak-anak mengunjungi museum ini. Pengabdiannya pada publik terancam terputus akibat tekanan Giuliani.
Mereka berargumen bahwa Museum hanya memberikan yang terbaik dan karenanya Brooklyn Museum berkeras pameran ini harus ada. Justru karena karya ini provokatif dan menantang cara berpikir, makanya karya Chris Ofili harus masuk supaya publik berkesempatan untuk melihat karya istimewa tersebut. Direktur Museumnya bilang, “Chris Ofili is a very serious painter.” Beliau yakin Chris tidak semata-mata membuat karya ini untuk menghina kepercayaan orang lain, tetapi untuk mengungkapkan ekspresinya yang mendalam dan sangat pribadi tentang Bunda Maria. Tentu saja, Chris Ofili adalah seorang kulit hitam. Lagi-lagi, ini masalah freedom of expression yang dilindungi oleh Amandemen Pertama.
Sebuah pool di New York Daily News menunjukkan bahwa 60 persen warga NYC, termasuk 48 persen warga Katolik, tidak setuju dengan pendapat Giuliani. New York City Council diwajibkan membayar kewajibannya pada Brooklyn Museum of Art dan pameran tetap berlangsung menurut rencana (applause). Namun, kekalahan Giuliani menyebabkan partai sayap kanan jadi lebih solid. Tidak mungkin kuasa hukum walikota tidak bisa menduga bahwa kasus ini akan merupakan kasus Amandemen Pertama yang pasti kalah. Barangkali ini semacam pengkondisian untuk menghadapi konspirasi 911. Hehehe…
Anda bisa membaca berbagai komentar mulai dari Walikota NYC, Direktur museum, Hillary Clinton, dan pengunjung museum. Ikuti juga talkshow mereka di media. Menarik banget. 🙂