Blog for visual artists, art students & enthusiast

August 17, 2006

Potret diri sebagai monster

Filed under: Artwork — bloodyathena @ 10:33 am

August 16, 2006

Louise Bourgeois

Filed under: Article — bloodyathena @ 4:38 pm

Louise Bourgeois lahir di Paris, 25 Desember 1911. Ia adalah seorang seniman dan pematung, yang karyanya sangat dipengaruhi oleh aliran Surealisme. Orangtuanya bekerja membuat dan memperbaiki tapestry. Louise belajar matematika di Sorbonne pada usia 15 tahun dan studi geometri yang pernah dipelajarinya memberi kontribusi pada karya-karya pertamanya yang kubistis (pada karya-karya lukisan dan gambar). Merasa tak menemukan apa yang dicarinya, ia mulai dengan melukis di beberapa sekolah termasuk École des Beaux-Arts, dan bekerja sebagai asisten Fernand Léger, seniman dan filmmaker terkemuka dari Perancis. Pada tahun 1938, Louise pindah ke New York bersama suaminya dan tinggal di sana hingga saat ini.

Karya-karyanya kadang-kadang abstrak dan ia berbicara dengan idiom tersebut dalam pengertian simbolik. Fokus utamanya adalah relationship, ia mempertimbangkan relasi suatu entitas dengan lingkungan sekelilingnya. Louise mendapatkan inspirasi dari masa kecilnya: ayahnya yang cabul, yang memiliki affair dengan induk semangnya, dan ibunya, yang tak mau mengakui bahwa hal itu terjadi. Ia mengakui ia memiliki kepribadian yang mirip dengan ayahnya.

Louise Borgeois sangat efektif dalam mengekspresikan perasaan seperti rasa marah, pengkhianatan dan kecemburuan. Pamerannya yang pertama, pada tahun 1947, menampilkan karya berwujud terowongan dan patung-patung kayu (seperti The Winged Figure, 1948). Walaupun pameran pertamanya sukses (salah satu karyanya dikoleksi oleh The Museum of Modern Art), ia tidak dilirik pasar seni rupa sampai tahun 1950 dan 1960-an. Pada tahun 1970-an, sesudah kematian suami dan ayahnya, Louise menjadi seniman sukses. Dalam berkarya, ia menggunakan berbagai macam medium termasuk karet, kayu, batu, logam dan, sebagai seseorang yang besar dari keluarga pembuat tapestry, kain.

Beberapa karyanya memiliki unsur erotis dan menggambarkan seksualitas dengan motif “culums” (ia menamai figur-figur bundar demikian karena hal itu mengingatkannya pada awan kumulus). Karyanya yang paling terkenal barangkali adalah struktur laba-laba, Maman, yang telah dibuat selama 12 tahun terakhir. Kini, ia terus berkarya dan menikmati karir yang panjang. Pada tahun 1993, ia mewakili Amerika Serikat di Venice Biennale. Pada tahun 1999, Louise menjadi seniman pertama yang mendapatkan commission work dari Unilever dan menampilkan karyanya di The Turbine Hall di Tate Modern, London.

August 13, 2006

Ron Mueck

Filed under: Article — bloodyathena @ 9:01 am

“I never made life-size figures because it never seemed to be interesting. We meet life-size people every day.” _Ron Mueck

Gara-gara seneng sama karya Jane Alexander, “The Butcher Boys”, saya jadi inget karya Ron Mueck yang memukau karena bagus banget sekaligus agak mengerikan. Ini artikel dari Wikipedia yang saya terjemahkan cepat. Ron Mueck (lahir 1958) adalah seorang pematung hyperrealist kelahiran Melbourne, Australia yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Inggris. Karir yang ditekuni pada awalnya adalah membuat model dan boneka untuk program televisi dan film anak-anak. Dia tercatat terlibat dalam pembuatan film “Labyrinth” di mana ia juga mengisi suara untuk karakter Ludo.


“Dead Dad”, Royal Academy of Arts, London, 1997

Mueck pindah untuk membuat perusahaannya sendiri di London, membuat properti yang photo-realistic dan animatronics (robot yang digerakkan dengan mekanisme elektronik sehingga bisa teranimasi seperti hidup) untuk industri periklanan. Walaupun dibuat dengan begitu rinci, properti-properti tersebut dirancang untuk difoto dari satu sudut saja dengan menyembunyikan konstruksi yang berantakan yang ada di sisi lain. Mueck segera berambisi untuk membuat patung realistik yang nampak sempurna dari semua sudut.


“Boy”, Venice Biennale, Italy, 2001

Tanpa pendidikan formal, Mueck mengambil jalur seni rupa pada tahun 1996, berkolaborasi dengan ibu mertuanya, Paula Rego. Mueck bertugas membuat beberapa patung kecil sebagai bagian dari diorama yang dipamerkan Paula di Hayward Gallery. Paula kemudian memperkenalkan Mueck pada Charles Saatchi yang seketika terkesan lalu mengkoleksi dan memesan karya-karyanya. Hal ini menghantarkan lahirnya sebuah karya yang melambungkan namanya, “Dead Dad”, yang dimasukkan dalam pameran kontroversial: “The Sensation”, setahun kemudian. “Dead Dad” adalah karya yang agak menakutkan, sebuah patung silikon mix-media berwujud mayat ayahnya sendiri dengan ukuran dua pertiga aslinya. Hanya pada karya inilah Mueck menggunakan rambut aslinya untuk melengkapi karya patungnya.


“Pregnant Woman”, National Gallery, London, 2003

Karya-karya patung Ron Mueck mereproduksi semua rinci sampai yang paling kecil dari tubuh manusia (termasuk semua jenis rambut halus) namun memainkan skala untuk menghasilkan citraan visual yang aneh dan mengganggu. Mueck tidak pernah membuat patung manusia dalam ukuran ‘asli’. Karya patung setinggi 5 meter, “Boy”, dipamerkan di Millenium Dome, London, untuk kemudian ditampilkan dalam Venice Biennale 2001. Pada tahun 2003, karyanya yang berjudul “Pregnant Woman” dikoleksi oleh Galeri Nasional Australia, Canberra, seharga kurang lebih 4 milyar rupiah. Karya ini dibuat selama 3 bulan, selama Mueck menjalani program residency di Galeri Nasional London. Informasi lebih lanjut mengenai pembuatan karya “Pregnant Woman” bisa dilihat di sini.

“There’s no denying that I have more information readily at hand when I have a live model. Even when I have had a model, however, what I have to do in the end is to consciously abandon the model and go for what feels right.” _Ron Mueck. Artist’s quotes taken from Sarah Tanguy, ‘A conversation with Ron Mueck’ in Sculpture Magazine, vol.22, no.6, July/August 2003

August 5, 2006

Jane Alexander

Filed under: Article — bloodyathena @ 5:20 am

“The Butcher Boys”
Plaster, bone, horn, oil paint, wood
128.5 x 213.5 x 88.5 cm, 1985-1986
Jane Alexander

Alexander menciptakan the Butcher Boys pada tahun 1985-1986, bersamaan dengan penyelesaian karya untuk meraih gelar Master di Universitas Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan. Meraih pengakuan pada Venice Biennale 1995, karyanya dipuji karena kritiknya yang tajam namun elegan terhadap dampak politik apartheid di Afrika Selatan. Dengan peniruan sempurna anatomi tubuh manusia, Alexander menciptakan karya yang bisa ditafsirkan oleh siapa saja, sementara siapa saja yang mengamati lebih jauh akan mampu memahami pesannya. Tubuh-tubuh dalam karya Alexander, yang disebut-sebut sebagai monster dalam bentuk manusia, merupakan simbol dari masyarakat yang berubah karena dipengaruhi oleh represi sosial yang disebabkan oleh politik apartheid. Kombinasi dari wujud manusia dan bagian-bagian hewani dalam karya ini, termasuk kuku, tulang dan tanduk yang patah, menggambarkan ambivalensi sifat manusia yang menjijikkan dan agresif, namun lemah dan mudah terluka di saat yang bersamaan. Kehewanian dalam figur-figur ini mengeksternalisasi sifat dasar, kedalaman instingtif psikologi manusia. Wajah-wajah yang tak bermulut membuat sebuah persilangan antara monster dan manusia. Karya-karya ini menolak identitas yang spesifik (yang artinya bisa merujuk pada siapa saja, termasuk masyarakat kita sendiri). The Butcher Boys memberi kita contoh sebuah masyarakat dimana kebijakan dan realisasi kebijakan tersebut telah merubah masyarakat dan mengekspos naluri binatang dan rasa takut. Karya ini dikoleksi oleh South African National Gallery. Foto oleh: Mark Lewis. Tulisan ini adalah terjemahan cepat dari sebuah artikel di The Legacy Project.

Blog at WordPress.com.